BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sekarang tanaman obat tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita
kebutuhan yang sangat vital bagi setiap manusia , apalagi untuk dimasa
mendatang. Masalah kesehatan kini sudah menjadi masalah bersama di negeri ini, bahkan
sekarang obat-obatan medis kini tak banyak dipercaya, masyarakat menjadi “back
to nature”. Tidak hanya itu masyarakat pun berupaya untuk terus membudidayakan
tanaman obat-obatan dan tanaman-tanaman yang bersifat langka. Seperti halnya pada
tanaman kina, buah naga, anggrek hitam, sarang semut dan pasak bumi. Meskipun
sulit untuk tumbuh di sembarang tempat, tapi masyarakat kini sadar pentingnya
akan menjaga tanaman obat-obatan tersebut. Dan masyarakat pun dapat merasakan
efeknya secara langsung dan tidak langsung.
Kultur
jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur
jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari
teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode
kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah
yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan
bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit
lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan
perbanyakan konvensional.
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui
pembudidayaan tanaman obat di laboratorium kultur jaringan MIPA UNMUL
2.
Observasi
proses pertumbuhan tanaman tersebut
3.
Mengetahui
keunggulan dan kelemahan kultur jaringan
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Kultur Jaringan
Metode kultur
jaringan dikembangkan untuk membantu proyek tanaman, khususnya untuk tanaman
yang sulit dikembang biakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari
kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat
yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar
sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit
dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih
terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional.
Tahapan yang
dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1.
Pembuatan
media
2.
Insiasi
3.
Sterilisasi
4.
Multiplikasi
5.
Pengakaran
6.
Aklimatisasi
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.
Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Media yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
Insiasi
adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi
adalah segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi
yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah
ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
Pengakaran
adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna
putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan
bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan
inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur
jaringan ini. Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal
menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang
sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif
lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih
generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal
ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih
cepat.
2.2 Keuntungan pemanfaatan kultur jaringan
a. Pengadaan
bibit tidak tergantung musim
b. Bibit
dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat
(dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal
10.000 planlet/bibit)
c. Bibit
yang dihasilkan seragam
d. Bibit
yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
e. Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
f. Dalam
proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya.
Kultur
jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh
menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim
diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh
menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim
diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Bagian 2
-Persyaratan Lokasi
Laboratorium
kultur jaringan hendaknya jauh dari sumber polusi, dekat dengan sumber tenaga
listrik dan air. Untuk menghemat tenaga listrik, ada baiknya bila laboratorium
kultur jaringan ditempatkan di daerah tinggi, agar suhu ruangan tetap rendah.
-Kapasitas Labotarium
Ukuran
laboratorium tergantung pada jumlah bibit yang akan diproduksi. Untuk ukuran
laboratorium sekitar 250 m2, bibit yang dapat diproduksi tiap tahun sekitar
400–500.000 planlet/bibit, yang dapat memenuhi pertanaman seluas 500–800 ha. Dalam
suatu laboratorium minimal terdapat 5 ruangan terpisah, yaitu gudang (ruang)
untuk penyimpanan bahan, ruang pembuatan media, ruang tanam, ruang inkubasi
(untuk pertunasan dan pembentukan planlet/bibit tanaman) dan rumah kaca.
-Peralatan dan Bahan Kimia
Untuk
memproduksi bibit melalui kultur jaringan peralatan minimal yang perlu
disediakan adalah: laminar air flow, pinset, pisau, rak kultur, AC, hot plate +
stirrer, pH meter, oven, dan kulkas serta bahan kimia (garam makro + mikro,
vitamin, zat pengatur tumbuh, asam amino,
alkohol, clorox).
-Proses Produksi
Proses
perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri atas seleksi pohon induk
(sumber eksplan), sterilisasi eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi, perakaran,
dan aklimatisasi seperti terlihat pada diagram.
Sumber eksplan. Eksplan berupa mata tunas, diambil dari pohon induk yang fisiknya sehat. Tunas tersebut selanjutnya disterilkan dengan alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan Clorox 30%.
Sumber eksplan. Eksplan berupa mata tunas, diambil dari pohon induk yang fisiknya sehat. Tunas tersebut selanjutnya disterilkan dengan alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan Clorox 30%.
Inisiasi
tunas. Eksplan yang telah disterilkan di-kulturkan dalam media kultur (MS +
BAP). Setelah terbentuk tunas, tunas tersebut disubkultur dalam media
multiplikasi (MS + BAP) dan beberapa komponen organik lainnya.
Multiplikasi. Multiplikasi dilakukan secara berulang sampai diperoleh jumlah tanaman yang dikehendaki, sesuai dengan kapasitas laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung selama 2–3 bulan. Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur, dalam periode tersebut dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah tunas mencapai jumlah yang diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada media perakaran.
Multiplikasi. Multiplikasi dilakukan secara berulang sampai diperoleh jumlah tanaman yang dikehendaki, sesuai dengan kapasitas laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung selama 2–3 bulan. Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur, dalam periode tersebut dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah tunas mencapai jumlah yang diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada media perakaran.
Perakaran.
Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada umumnya
berlangsung selama 1 bulan. Planlet (tunas yang telah berakar)
diaklimatisasikan sampai bibit cukup kuat untuk ditanam di lapang.
Aklimatisasi.
Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian, yang kondisinya
(terutama kelembaban) dapat dikendalikan. Planlet dapat ditanam dalam dua cara.
Pertama, planlet ditanam dalam polibag diameter 10 cm yang berisi media (tanah
+ pupuk kandang) yang telah disterilkan. Planlet (dalam polibag) dipelihara di
rumah kaca atau rumah kasa. Kedua, bibit ditaruh di atas bedengan yang dinaungi
dengan plastik. Lebar pesemaian 1-1,2 m, panjangnya tergantung keadaan tempat.
Dua sampai tiga minggu sebelum tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4
kg/m2) dan disterilkan dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x
20 cm. Aklimatisasi berlangsung selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama
dapat dilakukan bila lokasi pertanaman letaknya jauh dari pesemaian dan cara
kedua dilakukan bila pesemaian berada di sekitar areal pertanaman.
Keuntungan
Pemanfaatan Kultur Jaringan :
1.
Pengadaan bibit tidak tergantung musim
2.
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu
yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun
dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
3.
Bibit yang dihasilkan seragam
4.
Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ
tertentu)
5.
Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
6.
Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama,
penyakit, dan deraan lingkungan lainnya
Bagian 3
Perkembangan
kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan
jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran
jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery
anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga
penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini
menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa
diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur
jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek,
diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah
Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di
Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang
memiliki nilai komersial tinggi.
Sementara itu
hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan
anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan.
Seperti Universitas Mulawarman Samarinda khususnya di Fakultas MIPA. Tidak
dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan
anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena melalui kultur jaringan banyak
hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Secara
prinsip, laboratorium kultur jaringan dapat disederhanakan dengan melakukan
modifikasi peralatan dan bahan yang digunakan, sehingga sangat dimungkinkan
kultur jaringan seperti ‘home industri’. Hal ini dapat dilihat pada Fakultas
MIPA ‘pengkultur biji anggrek, sarang semut, kina, buah naga’ di Samarinda yang
telah membudidayakan tanaman obat-obatan langka tersebut.
Beberapa
gambaran dan potensi yang bisa dimunculkan dalam kultur jaringan diantaranya
adalah :
a. Kultur
meristem, dapat menghasilkan anggrek yang bebas virus,sehingga sangat tepat
digunakan pada tanaman anggrek spesies langka yang telah terinfeksi oleh hama
penyakit, termasuk virus.
b. Kultur
anther, bisa menghasilkan anggrek dengan genetik haploid (1n), sehingga
bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan anggrek diploid (2n). Dengan
demikian sangat dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain
itu dengan kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada
kondisi normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang dominan
c. Dengan
tekhnik poliploid dimungkinkan untuk mendapatkan tanaman anggrek ‘giant’ atau
besar. Teknik ini salah satunya dengan memberikan induksi bahan kimia yang bersifat
menghambat (cholchicine)
d. Kloning,
teknik ini memungkinkan untuk dihasilkan anggrek dengan jumlah banyak dan
seragam, khususnya untuk jenis anggrek bunga potong. Sebagian penganggrek telah
mampu melakukan tekhnik ini.
e. Mutasi,
secara alami mutasi sangat sulit terjadi. Beberapa literatur peluangnya 1 : 100
000 000. Dengan memberikan induksi tertentu melalui kultur jaringan hal
tersebut lebih mudah untuk diatur. Tanaman yang mengalami mutasi permanen
biasanya memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
f. Bank
plasma, dengan meminimalkan pertumbuhan secara ‘in-vitro’ kita bisa mengoleksi
tanaman anggrek langka tanpa harus memiliki lahan yang luas dan perawatan
intensif. Baik untuk spesies langka Indonesia maupun dari luar negeri untuk
menjaga keaslian genetis.
2.3 Observasi
-Anggrek
Media yang digunakan dalam kultur jaringan anggrek tidak
jauh berbeda dengan media lainnya. Beberapa media yang digunakan untuk
perbanyakan anggrek adalah Knudson ‘C’ (Knudson, 1946), Wimber (Wimber, 1963)
atau Fonnesbech (Fonnesbech, 1972) atau media MS (Murashige and Skoog, 1962).
Media kultur yang digunakan umumnya media padat, kecuali Cattleya yang
dikulturkan dalam media cair. Media ini dipadatkan dengan Bacto agar (8 – 10
%). Sebagai sumber karbon, sukrose ditambahkan dalam media (20 gr/L), atau
kombinasi glukose (10%) dan sukrose (10%). Hormon pertumbuhan ditambahkan dalam
media ini dalam konsentrasi rendah. Auksin yang digunakan antara lain IAA, IBA,
NAA atau 2,4-D pada konsentrsi 1 mg/L karena diduga auksin dapat merangsang
pertumbuhan akar. Sitokinin yang digunakan umumnya adalah Kinetin dan BAP pada
konsentrsi 0.5 mg/L untuk merangsang pertumbuhan tunas
-Sarang
Semut
Sarang
semut merupakan tanaman obat asal Papua yang sangat berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit secara alami dan aman. Secara
turun-temurun sebetulnya sarang semut telah digunakan sebagai tumbuhan obat
oleh masyarakat pedalaman bagian barat Wamena, Papua, seperti suku-suku di
Bogondini dan Tolikara, dan Kaltim di Bulungan.
Di
Australia Sarang Semut dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan.
Pengembangbiakan massal melalui kultur jaringan tak mempengaruhi kandungan
senyawa aktif sebuah tanaman. Syaratnya dalam budidaya harus dikondisikan
(suhu, iklim, intensitas cahaya, nutrisi) seperti habitat aslinya. Dengan
pengembangan itu perburuan Sarang Semut di hutan dapat dibatasi.
Menurut
Entemolog (ahli Serangga), Dr. Wijaya, sarang semut mengandung senyawa
antioksidan, vitamin, dan mineral. “pada semut, antioksidan berperan dalam
pembentukan koloni, menjaga tempat telur jauh dari kuman penyakit, sama seperti pada lebah
madu," ujar Wijaya. Ia juga menambahkan bahwa Sarang Semut mengandung asam
formiat. Rosichon yang kerap keluar-masuk hutan Wamena berpendapat bahwa
khasiat sarang semut mungkin berasal dari Saliva atau kelenjar liur semut dan
mikroba yang berasosiasi dengan semut yang tinggal di dalam tanaman tersebut.
"Semut dan Sarang Semut memperbaiki
fungsi ginjal. Ginjal mempengaruhi banyak fungsi tubuh," katanya. Willian
Aditeja, ahli pengobatan Cina lainnya, mengungkapkan, semut berfungsi
menghentikan nyeri, mengatasi rematik, dan melancarkan pembuluh darah.
Sarang Semut Tanaman Nonendemik
Sarang Semut kini menjadi obat baru untuk
mengatasi beragam penyakit maut. Itu tak hanya di Wamena, Jayapura, atau
kota-kota lain di tanah Papua. Para produsen memperoleh Sarang Semut dengan
berburu di hutan-hutan Papua. Sebetulnya, Sarang Semut tak hanya
terdapat di Papua. Di pulau terbesar itu keragaman Sarang Semut memang
tinggi, 10 varietas terdapat di sana. Selain Myrmecodia pendans yang
sudah terbukti berkhasiatsecara empiris, di sana juga terdapat M
jobiensis, M erinacea, dan M alata. Sebaran Myrmecodia
tuberosa terdapat juga di Ambon, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, dan
Kalimantan.
"Dengan adanya bukti empiris
ini Sarang Semut merupakan sumber baru obat. Banyak senyawa baru yang
belum diketahui (jenisnya) dengan aktivitas tinggi," ujar Dr Muhammad
Ahkam Subroto. Oleh karena itu banyak orang yang mendambakan sehat memilih Sarang
Semut sebagai jalan pengobatan. (Dari berbagai sumber, sumber utama: Buku
"Gempur Penyakit dengan Sarang
Semut" Penulis Dr. Ir.
Ahkam Subroto, Hendro Saputro)
2.4 Keunggulan dan kelemahan kultur jaringan
Dalam kultur
jaringan, sel-sel maristimatik yang belum berdiferensiasi akan dipacu untuk
mendeferensiakan diri. Defesiansi dimulai dengan pembentukan meristem baru yang
akan berkembang dan berbentuk organ tanaman, seperti akar, batang, tunas, dan
daun, sehingga menjadi tanaman anggrek yang sempurna. Caranya adalah dengan
memodifikasi media tumbuh dengan menambahkan zat-zat dan hara yang dapat meacu
pertumbuhan anggrek.
Sebagai salah
satu teknik perbanyakan tanaman, kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan teknik yang lain.
Keunggulannya sebagai berikut:
1.
Kultur
jaringan akan menghasilkan perbanyakan tanaman anggrek yang lebih cepat.
2.
Diperoleh
anakan dalam jumlah yang banyak
3.
Dapat
dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu tanaman berubah
4.
Tanaman
yang dihasilkan bebas dari virus
5.
Dapat
digunakan untuk pemuliaan tanaman dan melindungi plasma nutfah
6.
Sifat
genetik tanaman yang dihasilkan sama dengan induknya, sehingga cocok untuk
mengembangkan anggrek yang berkualitas.
Sementara itu, kelemahannya adalah memerlukan investasi awal yang besar, seperti
pembuatan laboratorium dan peralatan lainnya. Selain itu, membutuhkan
keterampilan, pengetahuan, dan ketekunan, sehingga tidak semua orang bisa
melakukannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode kultur
jaringan dikembangkan yntuk membantu proyek tanaman, khususnya untuk tanaman
yang sulit dikembang biakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari
kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat
yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar
sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit
dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih
terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional.
Dalam kultur
jaringan, sel-sel maristimatik yang belum berdiferensiasi akan dipacu untuk
mendeferensiakan diri. Defesiansi dimulai dengan pembentukan meristem baru yang
akan berkembang dan berbentuk organ tanaman, seperti akar, batang, tunas, dan
daun, sehingga menjadi tanaman anggrek yang sempurna. Caranya adalah dengan
memodifikasi media tumbuh dengan menambahkan zat-zat dan hara yang dapat meacu
pertumbuhan anggrek.
Sebagai salah
satu teknik perbanyakan tanaman, kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan teknik yang lain.
3.2 Saran
Sebaiknya
masyarakat diajarkan cara mengkultur jaringan agar masyarakat dapat menjaga
kelestarian flora yang mulai langka dan akan mengalami kepunahan seperti
anggrek, dan sarang semut.
Tanaman obat
yang susah ditemukan pun dapat di buat dengan proses kultur jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Warsino,.Kultur Jaringan Anggrek.Penerbit
Gramedia, Jakarta: 1992.
Rachmatullah,.
http://horteens.wordpress.comkultur-jaringan-anggrek/Samarinda,
2010
Subroto,Ahkam,.http:/agustjakra.wordpress.com/sarang-semut/.
Samarinda, 2010
Anonim.File:/ekologiTO/kultur-jaringan-alternatif-pengadaan-bibit-unggul.htm,
Samarinda, 2010.
Anonim.
file://ekologi-TO/teknik-kultur-jaringan.htm.
Samarinda, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar